Nikmatnya Kepiting Jumbo Warung Mie Ayah

Friday, July 6, 20120 comments

Sore itu hujan membasahi kota Lhokseumawe di Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), saat pesawat yang saya tumpangi mendarat di bandara pribadi milik Exxon Mobil Oil setelah 45 menit terbang dari bandara Polonia Medan.
Cuaca yang dingin dan perut yang masih kosong dari siang, mendorong saya dan beberapa teman untuk mampir di sebuah warung mie aceh yang ternyata sangat terkenal di kota Lhokseumawe.

Warung “Mie Ayah”, begitulah yang tertulis di pamflet depan warung sederhana itu. Saat ditanya ke pemilik warung, Safabuddin (66) atau yang lebih sering dipanggil ayah Safa, nama toko itu diberikan sesuai dengan cara para pelanggan memanggilnya dengan maksud agar mudah diingat.

Lokasi warung yang buka dari pagi hingga tengah malam ini, berada di Desa Alue Awe Bukit Rata, sekitar 7,5 kilometer bagian timur ibukota Lhokseumawe. Tidak begitu jauh dari kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe. Bagi Anda yang melalui jalur darat Medan-Banda Aceh, warung ini tepat di sebelah kanan jalan.

Warung mie aceh sesungguhnya sangat mudah ditemukan apalagi di tanah aslinya, di tanah rencong. Namun, mie aceh buatan ayah Safa berbeda dibandingkan mie-mie aceh lainnya. Sampai-sampai para pejabat di dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) Aceh Utara, menjadi tamu tetap di warungnya.

Salah satu perbedaannya terdapat di dalam menu mie aceh yang ditawarkan. Selain menawarkan mie aceh biasa, mie udang, dan mie kepiting biasa, di warung mie ayah pengunjung juga ditawari mie kepiting jumbo. Jumbo disini bukan berarti besar, meski kepiting yang ia sajikan sebagian besar berukuran besar, melainkan kepiting yang masih ada telurnya.

Bagi mereka penggemar berat sea food terutama kepiting bertelur, jelas menu mie ayah Safa sangatlah menggiurkan. Akan tetapi, jika Anda berkolesterol tinggi sepertinya harus memikirkan kembali niat menikmati hidangan itu. 
Menurut ayah Safa, jarang para pelanggan datang hanya untuk membeli mie aceh biasa di warungnya. Kebanyakan mereka memesan mie aceh udang atau kepiting. “Kepiting berukuran besar tidak akan bertahan lama di sini apalagi yang bertelur. Kalau pelanggan tahu ada kepiting besar dan bertelur pasti cepat habis, padahal warung baru saja dibuka,”ujar ayah Safa yang selalu tampak ceria itu.
Kepiting yang ia dapatkan pun tidaklah sebarangan. Ia juga tidak membelinya di pasar umum. “Kepiting dan udang khusus dipasok dari Pantonlabu di Aceh Utara. Saya ada dua pemasok dari sana,”ujarnya. Menurutnya, dengan cara seperti ini kesehatan dan kualitas kepiting dan udang yang ia beli sudah terjamin berbeda jika ia membelinya di pasar.
Untuk satu porsi mie kepiting biasa, ayah Safa memberi harga Rp20.000. Tetapi, untuk menu pilihan kepiting jumbo harganya sangat tergantung pada berat si kepiting yang dipilih langsung oleh pembeli. Paling mahal dapat mencapai Rp40.000 satu porsinya. Sedangkan untuk mie aceh biasa dijual dengan harga Rp4.000 dan mie udang dijual Rp10.000. “Tetapi, itu pun tergantung pula dengan harga udangnya,”katanya.

Ayah Safa yang dibantu oleh tujuh pelayan ini, belum termasuk sang istri yang dipanggil Umi dan seorang anaknya, sudah berdiri sejak tahun 2005. Menurutnya, dalam sebulan omzet yang ia dapat bisa mencapai tiga juta. Berbeda pula ketika perayaan hari besar, seperti hari idul fitri, liburan natal, tahun baru dan idul adha. Omzet yang ia dapat bisa dua kali lipat dari biasanya.

Untuk memasak mie andalannya, ayah memasang dua buah kuali ukuran sedang dan sebuah kompor yang diletakkan tepat di pintu masuk warung. Maksudnya mungkin agar para pengunjung bisa melihat langsung kala ia memasak, bisa pula agar wangi mie aceh buatan ayah bisa menggoda nafsu pengguna jalan yang lewat di depan warungnya.

Saat ditanyakan, mengapa tidak menggunakan kuali yang lebih besar lagi agar bisa lebih banyak memasaknya. Ayah Safa mengatakan, “nanti mienya kurang masak dan rasanya kurang. Biar saja orang menunggu lama asalkan nantinya mereka puas,”ungkapnya sambil kembali menunjukkan senyumnya.

Sayangnya, Ayah Safa tidak mau mengungkapkan rahasia dibalik bumbu andalannya. Ayah hanya menjawab pertanyaan umum para pelanggan itu dengan senyum dan keramahannya. Tetapi, saya yakin itu sangat bergantung pada pilihan kepiting yang dicampur di dalam mie aceh tersebut.

Bagi Anda yang berkesempatan berkunjung ke Lhokseumawe, saya anjurkan untuk meluangkan waktu ke warung Mie Ayah untuk mencicipi mie kepiting. Tangan saya saja sampai belepotan karena begitu asyik berjuang membuka cangkang-cangkang kepiting. Tetapi, saya jamin Anda akan puas menikmati mie aceh andalan ayah Safa.
Sumber > Telah diterbitkan di Jurnal Nasional, 16 Desember 2007

Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | By Safrizal
Copyright © 2012. :: cerita tentang aceh:: - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger