AKHIR September 2013 lalu saya mengunjungi Kabupaten Aceh Singkil. Hanya sektar 36 jam saya di kabupaten yang dulunya bergabung ke Aceh Selatan itu. Mobil Kijang yang saya tumpangi menyusur kaki gunung Sinabung, Sumatera Utara. Dari Medan saya menaiki mobil Kijang menuju Singkil. Masyarakat Singkil menyebut mobil kijang ini sebagai taksi. Ongkosnya Rp 120 ribu. Butuh waktu sekitar tujuh jam membelah gunung Sinabung baru tiba di Singkil.
Berangkat
pukul 11.00 WIB dari Medan dan tiba saat para muazin mengumandangkan azan. Hitam
membekap bumi Abdurauf Assingkili itu. Setelah diskusi beberapa jam dengan warga
Kampung Baru, Singkil, saya mulai merasa ada yang aneh.
Sebut saja misalnya, tata kota
pemerintahan. Kantor DPRK dan sejumlah seluruh kantor dinas lainnya berada di
Kampung Baru, Singkil Utara. Sedangkan kantor bupati itu berada di Kota Singkil—sekitar
sejam—dari Kampung Baru. Bayangkan, jika bupati perlu memanggil dinas untuk memberikan
laporan tentang proyek tertentu, masalah masyarakat dan lain sebagainya. Otomatis
butuh waktu sekitar sejam untuk menuju kantor bupati. Lalu, sebaliknya, jika
DPRK memanggil bupati untuk rapat dengar pendapat (RDP), bupati juga harus
bersusah payah ke kantro DPRK yang berada di Kampung Baru. Ini tidak
efektifkan.
Keanehan berikutnya, setiap Jumat
seluruh PNS di Kampung Baru, diwajibkan mengikuti senam pagi di halaman kantor
bupati di Jalan Bahari, Singkil. Ini juga butuh waktu. Katakanlah misalnya, PNS
ini berangkat dari Kampung Baru menuju Singkil pukul 7.00 WIB. Tiba di halaman
kantor bupati pukul 8.00 WIB. Lalu, ikut senam sampai pukul 09.00 WIB. Pulang
ke kantor di Kampung Baru itu pukul 10.00 WIB. Lalu, kapan PNS ini istirahat?
Mereka tentu bukan robot. Butuh istirahat juga. Praktis hanya sebagian kecil
PNS yang masuk kantor setelah senam itu. Lebih banyak memilih pulang ke rumah
untuk istirahat. Usai Jumat, syukur-syukur jika mereka mau balik ke kantor
untuk kerja. Tapi, saya ragu PNS itu mau balik ke kantornya. Jika pun ada,
pasti jumlahnya hanya sejumlah jari tangan.
Saya
sih berpikir, kok tidak dipindah saja kantor bupati itu berdekatan dengan
kantor DPRK. Sehingga, jika pun perlu koordinasi, cukup lompat pagar saja atau
hanya butuh waktu kurang dari lima menit. Umumnya, kantor pemerintahan di
negeri ini selalu berdekatan antara bupati dan DPRK. Sehingga memudahkan
koordinasi antar kedua lembaga tinggi daerah ini.
Keanehan
lainnya, saya tidak lihat ada perubahan yang menonjol di kabupaten itu. Dulunya,
kabupaten ini dimekarkan dari Aceh Selatan dengan dalil agar mempercepat
pembangunan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Saya perhatikan, rumah-rumah
sepanjang jalan lintas Singkil-Subulussalam masih seperti dulu, ketika
kabupaten itu belum dimekarkan. Jarang saya temui rumah yang mewah atau super
mewah. Perubahan bentuk rumah warga menurut saya bisa menjadi salah satu indikator
masyarakat daerah itu sudah sejahtera. Ini tidak. Rumah warga di sana umumnya
masih berkontruksi kayu, lebar sekitar lima meter dan panjangnya sekitar 20
meter. Saya pikir, rakyat daerah itu belum sejahtera.
Cerita
aneh lainnya. Saya tidak tahu ini benar atau salah. Tapi, beberapa warga yang
saya temui di sana mengatakan begini, ketika ada digelar pesta pernikahan,
sunat rasul dan lain sebagainya di kampung. Maka, bagi warga yang ekonominya
lemah, menyewa emas dari masyrakat yang memiliki beberapa koleksi gelang,
cincin, kalung emas. Jasa sewa emas? Hehehe, ini sih agak lucu. Jadi, mereka
malu datang ke pesta tidak mengenakan cincin, kalung, atau gelang emas. Meski pun
yang dikenakan itu sebenarnya barang sewaan. Setelah pulang dari pesta, emas
itu dikembalikan ke pemiliknya. Soal biaya sewa, ini tidak ada harga resmi. Ada
yang mematok Rp 50.000 per sekali sewa, atau pun Rp 100.000 per sekali sewa. Bisnis
sewa menyewa perhiasan ini harus saling percaya. Umumnya antara pemilik emas
dengan penyewa emas sudah kenal baik.
Nah,
ini catatan ringan saya selama di Singkil. Soal salah dan benarnya, tentu bisa
kita uji sendiri di lapangan.
sudut kantor / 07102013
+ comments + 8 comments
kamu ini siapa.. kenapa sok lebih tau daerah orang lain..
katanay sekitar 36 jam di singkil, kok semudah itu kamu menilai daerah orang..
apa hak anda mengeluarkan opini Kantor bupati di pindah ke kampung baru, anda tidak tahu sejarah singkil gak usah banyak ngomong, menjelek jelekkan daerah orang,.
terus kalau rumah nya bmasih berkonstuksi kayu ada masalah...???
kemajuan suatu daerah itu apa hanya di tinjau dari bangunan rumah??
kiriman yang anda post kan ini banyak manipulasi ..
seharusnya anda belajar terlebih dahulu tentang suatu daerah, baru anda boleh menulis hal seperti ini ! dan apa yang anda tulis ini semua adalah tidak benar !
kasihan dua orang ini. kuliah dimana sih kok komen sembarangan aja? tersinggung ya?
Saya kira ada benarnya jg tp ttg minjam emas saya gk prnah dgr.
beberapa jelas benarnya
Saya penah tinggal d aceh singkil selama 2 tahun. Tpi saya tdk prnh dngr dn mlihat sewa perhiasan yg anda critakan. Anda cma 36 jam disana sdangkan sya 2 tahundn saya tdk prnh dgr yg nma ny sewa prhiasan. Anda sudah mengarang cerita yg tidak benarrr
Saya penah tinggal d aceh singkil selama 2 tahun. Tpi saya tdk prnh dngr dn mlihat sewa perhiasan yg anda critakan. Anda cma 36 jam disana sdangkan sya 2 tahundn saya tdk prnh dgr yg nma ny sewa prhiasan. Anda sudah mengarang cerita yg tidak benarrr
Ank2 apa tau nya diam aja ko udh....
Post a Comment