Hari Ibu 2012

Sunday, December 23, 20120 comments

AKU tak pernah merayakan hari ibu secara khusus. Menurutku, setiap hari merupakan hari baik dan bulan baik. Setiap hari pula, sebagai anak yang baik harus memperhatikan ibu-bapak.

Apa pun yang terjadi hari ini, tak lepas dari campur tangan ibu. Bagiku, ibuku adalah wanita paling tangguh yang pernah kukenal. Dulu, ketika kami kecil, dia mengayam tikar untuk mencari uang. Tikar itu dijual seharga Rp 20.000 per lembar. Untuk membuat tikar ukuran 2 x 2 meter butuh waktu sehari suntuk. Ibu menganyam tikar, pagi, siang, malam sampai pagi lagi. Begitu seterusnya. Disela-sela kesibukan menganyam tikar, dia masih harus memasak, menidurkan aku—anak bungsu—dari delapan bersaudara. Bukan pekerjaan mudah.

Umurku tujuh tahun, ibuku jualan sayur di pasar. Untung tak seberapa. Pagi hari dia berjualan di pasar. Siang dan sore hari menjual penganan di rumah, dari pisang goreng, mie, bakwan dan lain sebagainya. Semuanya untuk menghidupi kami, delapan putra-putrinya.

Setelah aku lulus sekolah dasar, ibuku bekerja di salah satu perkebunan milik pemerintah. Jabatannya mandor saat itu. Setiap pagi, usai subuh, dia berangkat menuju perkebunan. Hari Minggu aku juga diajak ke perkebunan. Masa-masa sulit itu dilaluinya dengan senyuman. Gaji mandor saat itu hanya Rp 5.600 per hari. Gaji yang tak seberapa.

Kini, dia telah renta. Perjalanan panjang telah dilaluinya. Melewati rentetan perang berkepanjangan di Aceh kala itu. Melewati berbagai musibah, cobaan dan lain sebagainya. Tekadnya hanya satu, kami bisa sekolah, memiliki pemahaman ilmu agama yang baik. Kini, saatnya kami berbakti. Membawanya ke dokter saat dia sakit. Memberikan seluruh yang diinginkan oleh ibu. Bakti ini belum seberapa dibanding pengorbanannya masa silam. Selamat hari ibu.



Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | By Safrizal
Copyright © 2012. :: cerita tentang aceh:: - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger