SEMILIR angin membelai pengunjung Tunas Caffe, di Jalan
Pase Ujung, Lhokseumawe, Minggu, 28 Oktober 2012. Di luar terasa matahari
memanggang bumi. Terik.
Sejumlah
pengunjung Caffe itu sibuk berbincang di meja masing-masing. Sesekali tawa
mereka pecah. Ya, dua bulan terakhir ini, Caffe itu menyajikan menu istimewa. Kupi Get One, namanya.
Saya
baru saja duduk. Sejurus kemudian, seorang teman, Syahruf memesan secangkir
kopi itu. “Get one saboh (Kupi Get One satu),” sebut Syahrul pada pelayan.
Tak
lama kemudian, Afid, pelayan di Caffe itu menghidangkan semangkuk kopi di
tempat khusus. Tempat kopi ini berbeda dengan tempat kopi umumnya. Bagian atas
memiliki alat pemompa.
Cara
meracik kopi ini pun berbeda. Bubuk kopi dimasukkan ke dalam tempat kopi
tersebut, lalu dimasukkan air panas. Ditutup. Bubuk kopi ada dibawahnya. Tunggulah
lima menit agar bubuk kopi itu matang. Setelah itu,
tekanlah alat pemompa. Jika ingin rasa semakin pahit, maka tekanlah alat
pemompa itu lebih kuat.
Bubuk
kopi itu diproduksi oleh CV Tunas Bersama Aceh, Bireuen, Aceh milik Tgk Nasruddin
Bin Ahmed. Sejak dua bulan lalu, Tunas Caffe telah menyajikannya pada penikmat
kopi di kota itu.
“Bulan
pertama kami gratiskan. Sekaligus launching
produk dan memperkenalkannya pada masyarakat. Baru sebulan ini
dikomersilkan. Masyarakat sudah mulai mengenal kopi ini,” sebut pemilik Tunas
Caffe, Ismed AJ Hasan.
Kopi
ini dibadrol Rp 7.000 per gela s.
Harga itu jauh lebih mahal dibanding Kopi
Ulee Kareng, Rp 4.000 per gelas. Meski begitu, penikmat kopi sejati tetap
memilih kopi ini.
“Segelas
itu cukup diminum berdua. Jadi segelas besar, jika dibagi menjadi dua gela s kecil. Cukuplah buat berdua,” terang Ismed. Nah,
Anda penasaran rasa kopi, silahkan mencoba. Saya sudah membuktikannya. Memang
beda dengan kopi biasa.
==masriadi sambo==
Post a Comment