PEMKAB
Aceh Utara, hingga kini belum berhasil menjual Kapal Marisa yang terdampar di
Pulau Tuangku, Aceh Singkil, dua tahun lebih lalu. Kapal jenis cargo itu dibeli
dengan harga Rp 5 miliar dari kas daerah.
Tujuan
awalnya, kapal itu bisa menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD). Nam 
 Lalu, liriklah ke ruang bisnis lain. Setali
tiga uang. PT Bank Perkreditan Rakyat Sabe Meusampe, dan PDAM Tirta Mon Pase
juga tak kunjung menghasilkan laba. Bahkan, saban tahun tak kurang Rp 2 miliar
uang dikuras dari kas daerah untuk mensubsidi perus 
Toh,
PDAM selalu mengikuti lakon wanita bulek dalam sebuah iklan cat yang menyatakan—bocor-bocor--.
Ya, bocor tak menghasilkan laba. Bahkan, perus perus 
Alhasil,
mesin pencari uang itu berubah menjadi benalu keuangan. Menggerogoti uang
pemerintah saban tahun. Agar dapur usa 
Nah,
setelah itu, perlu dilakukan rasionalisasi karyawan. Memecat dengan memberikan
pesangon yang pantas tentu solusi cantik. Selain itu, efisiensi perlu
diterapkan. Terutama efisiensi anggaran. 
Terakhir,
pengawasan super ketat perlu dilakukan secara berkelanjutan. Jika ingin jujur,
jika benar ingin membangun mesin pencari uang untuk daerah, maka tempatkanlah
pengawas independen.
Lalu,
berilah waktu tiga tahun untuk manajemen mengelola secara professional seluruh
perusahaan daerah itu. Maka, hasilnya akan terlihat. Mesin pencari uang itu
akan menghasilkan. Uang yang dihasilkan bisa diplot untuk membangun rumah
duafa, irigasi, dan sarana lainnya.
Mari
bersihkan benalu dari pohon. Agar pohon tumbuh subur, menghasilkan buah ranum
untuk rakyat daerah itu.  
 
 
 
 
Post a Comment