Benalu

Friday, April 19, 20130 comments

PEMKAB Aceh Utara, hingga kini belum berhasil menjual Kapal Marisa yang terdampar di Pulau Tuangku, Aceh Singkil, dua tahun lebih lalu. Kapal jenis cargo itu dibeli dengan harga Rp 5 miliar dari kas daerah.

Tujuan awalnya, kapal itu bisa menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD). Namun, harapan tinggal harapan. Berharap untung, malah buntung. Itulah yang dialami Pemkab Aceh Utara. Perusahaan Daerah (PD) Bina Usaha yang diharapkan menjadi mesin pencetak uang gagal melakukan tugasnya. PD ini mengelola Lido Graha Hotel, Pabrik Es Seunuddon, tangki CPO Krueng Geukuh, dan anak perusahaan PT Bina Usaha Satu yang mengelola Kapal Marisa. Sebelumnya, PD juga mengelola pengoperasian Nort Aceh Airlines (NAA)—perusahaan ini sudah gulung tikar--.

 Lalu, liriklah ke ruang bisnis lain. Setali tiga uang. PT Bank Perkreditan Rakyat Sabe Meusampe, dan PDAM Tirta Mon Pase juga tak kunjung menghasilkan laba. Bahkan, saban tahun tak kurang Rp 2 miliar uang dikuras dari kas daerah untuk mensubsidi perusahaan air bersih itu.

Toh, PDAM selalu mengikuti lakon wanita bulek dalam sebuah iklan cat yang menyatakan—bocor-bocor--. Ya, bocor tak menghasilkan laba. Bahkan, perusahaan itu memiliki 210 karyawan. Jumlah ini terlalu besar untuk perusahaan yang merugi saban tahun.

Alhasil, mesin pencari uang itu berubah menjadi benalu keuangan. Menggerogoti uang pemerintah saban tahun. Agar dapur usaha terus mengepul. Apakah ini yang diinginkan? Jika iya, maka tamatlah sudah keuangan daerah itu. Tak usah bermimpi bisa mengentaskan kemiskinan dan membumihanguskan kebodohan.

Namun, jika ingin berbenah. Tak perlu susah. Tak ada kata terlambat untuk kebajikan. Maka, mulailah dari sekarang. Manajemen perusahaan daerah itu perlu dievaluasi secara menyeluruh. Menempatkan professional dibidangnya tentu saran teori ekonomi yang perlu diikuti. Jangan menempatkan politisi pada perusahaan berbasis teknik, diluar kemampuan akademisnya.

Nah, setelah itu, perlu dilakukan rasionalisasi karyawan. Memecat dengan memberikan pesangon yang pantas tentu solusi cantik. Selain itu, efisiensi perlu diterapkan. Terutama efisiensi anggaran.

Terakhir, pengawasan super ketat perlu dilakukan secara berkelanjutan. Jika ingin jujur, jika benar ingin membangun mesin pencari uang untuk daerah, maka tempatkanlah pengawas independen.

Lalu, berilah waktu tiga tahun untuk manajemen mengelola secara professional seluruh perusahaan daerah itu. Maka, hasilnya akan terlihat. Mesin pencari uang itu akan menghasilkan. Uang yang dihasilkan bisa diplot untuk membangun rumah duafa, irigasi, dan sarana lainnya.

Mari bersihkan benalu dari pohon. Agar pohon tumbuh subur, menghasilkan buah ranum untuk rakyat daerah itu.  

Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | By Safrizal
Copyright © 2012. :: cerita tentang aceh:: - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger