Ingin Adong Naik Haji

Tuesday, September 3, 20130 comments


MALAM ini, kau tertidur pulas. Beberapa kali dicium ibumu, kau tetap tidak bergerak. Sangat pulas. Malam ini, jam menunjukkan tepat angka 12.00 tengah malam. Orang menyebutkan pukul 24.00 WIB. Aku dan ibumu, mendiskusikan tentang keinginanku Adong-nenekmu—naik haji.

Sebelumnya, September 2012, aku dan ibumu sudah mendiskusikan masalah ini. Ibumu setuju kami mencari uang untuk membayar ongkos naik haji (ONH) Adong. Gajiku dan gaji ibumu tentu tak cukup untuk membayar ONH itu. Gajiku hanya cukup buat beli susumu, membayar orang yang menjagamu, plus menutupi kebutuhan dapur kita selama sebulan. Sedangkan gaji ibumu juga tak seberapa. Setara upah minimum provinsi (UMP). Memang tak cukup. Tapi, sebagai manusia, aku dan ibumu, kau juga nanti harusnya bersyukur atas pemberian Tuhan. Sang pencipta sudah berbaik hati memberi kita rezeki dan pekerjaan. Kau tahu, masih banyak pengangguran di negeri ini.

Arza, malam ini kami mendiskusikan lagi tentang bagaimana caranya mengumpulkan uang untuk ONH Adong. Sejak September sampai sekarang kami mencari uang buat bayar ONH itu dari hasil lomba. Dari beberapa lomba yang kuikuti, ada yang menang dan ada juga yang kalah. Uang menang itu kita kumpulkan buat Adong naik haji. Sampai sekarang, uangnya baru Rp 3,5 juta. Disimpan pada rekening khusus. Jika sudah mencukupi, kami baru menyetornya buat ONH Adong. Artinya, uang itu jauh dari kata cukup. Tahun ini, kabar yang kudengar ONH sekitar Rp 45 juta.

Niat agar Adong naik haji ini bukan karena aku dan ibumu menonton film di bioskop dengan judul Emak Ingin Naik Haji itu. Bukan. Niat ini murni, sejak lajang dan aku belum mengenal ibumu, aku ingin Adong naik haji sebelum beliau meninggal dunia. Menghembuskan nafas terakhir dan menghadap sang pencipta.

Beruntung, ibumu mendukung niatku. Dia juga yang membuatkan nomor rekening khusus untuk tabungan ONH Adong. Kami belum menceritakan ini pada Adong. Tapi, aku dan ibumu sudah minta do’a dari Adong agar mudah rezeki dan kami bisa menghajikan Adong. Adong senang betul saat mendengar kami minta didoakan agar rezeki lancar dan bisa membayar ONH itu.

Rencana berikutnya, setelah Adong naik haji, maka giliran Andong-nenek dari ibumu—yang kita naik kan haji. Setelah itu, barulah lapang dada ini. Karena, kedua mereka telah berhaji. Namun, ini buat Adong saja kami belum punya cukup uang Za. Kau bantu berdo’a, agar kita mendapat rezeki buat bayar ONH.

Tak apa-apa lah kita masih tinggal di rumah papan yang sejuk ini. Kami sepakat tak membangun rumah beton dan berlantai keramik dulu. Setelah Adong dan Andong berhaji, kita baru bangun rumah.

Kami terus berupaya Za. Mengikuti sejumlah lomba. Jika menang, uangnya langsung kita tabung buat Adong naik haji.

Suara rengekanmu pelan. Haus. Meminta susu. Tak usah kau ikut berpikir soal Adong naik haji. Kau tidur saja. Kau bantu do’a saja. Biar aku dan ibumu yang memikirkan ini. Semoga diskusi ini didengar Allah, dan mengabulkan niat baik aku dan ibumu Za. 

sudut kantor | 03092013

Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | By Safrizal
Copyright © 2012. :: cerita tentang aceh:: - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger