Akhir tahun 2013 menjadi
hal yang patut dikenang. Mengundurkan diri dari tempat bekerja selama empat
tahun lebih. Hidup memang pilihan. Harus memilih antara pekerjaan dan keluarga
memang sulit. Sebagian orang akan berpikir bahwa mundur sama dengan kebodohan
lagi. Sebagian lainnya akan berpikir berbeda. Sudut pandang kita pada masalah
tertentu akan berbeda tiap waktu.
Sempat berpikir
akan menghabiskan akhir tahun di Pulau Sabang. Namun, setelah dijalani,
dinikmati dan disyukuri, ternyata tak mampu bertahan. Tanya batin, tanya Allah,
tanya orang tua dan keluarga. Ah, ternyata mundur jalan yang tepat. Tuhan berjanji,
menutup pintu yang satu dan pasti akan membuka pintu lainnya.
Orang bijak
menyebutkan, untuk melompat tembok, kita butuh mundur beberapa langkah. Mengambil
ancang-ancang dan menyiapkan tenaga. Jika tidak, pasti, tembok tak bisa
dilewati. Ini pula yang berlaku dalam lakon hidup.
Bagi manusia yang
baik, tak perlu khawatir akan system hidup yang bergulir. Selalu ada tempat
bagi orang-orang baik dan punya kapasitas. Sedangkan bagi kaum picik, selalu
menggunakan politik belah bambu ala Belanda untuk mendapatkan sesuatu. Tuhan
berbaik hati memberikan waktu pada nurani mereka agar taubat dan bersimpuh di
kaki Ilahi. Namun, kaum ini akan bertahan lama. Diberi umur panjang, agar bisa
bertaubat. Jika pun tak bertubat, maka kembali keharibaanNya dalam kondisi
memilukan.
Post a Comment