Harta Kita, Harta Mereka

Tuesday, July 1, 20140 comments

SEJAK berusia tujuh tahun, Abi selalu mengikuti Nek Wan (kakekmu)  untuk membawa beras ke masjid pada hari ke 27 ramadan. Nek Wan menyatakan ingin menyerahkan zakat fitrah pada pengurus masjid. Bahkan, sejak saat itu dan tahun-tahun berikutnya, Nek Wan selalu mengingatkan agar kelak, ketika Abi dewasa membayar zakat baik itu zakat fitrah atau zakat mal (harta dan kekayaan).

Waktu itu, muncul pertanyaan bodoh dari Abi. Pertanyaan yang bagi Abi kala berusia tujuh tahun sudah paling top dan keren, bukankah membayar zakat itu akan mengurangi harta kita?.

Saat itu Nek Wan menjawab sangat sederhana. Siapa bilang harta kita berkurang. Setelah membawa beras untuk menyerahkan zakat fitrah tadi, beras kita tersisa 12 muk lagi. Sekarang kita pulang, mari lihat berapa muk lagi beras di kaleng kita?

Setiba di rumah, Abi langsung berlari ke dapur. Membuka kaleng tempat penyimpanan beras. Sungguh azaib, kaleng itu penuh terisi beras. Padahal, ketika kami pergi ke masjid, hanya sejengkal kaleng itu yang terisi beras. Selidik punya selidik, ketika kami pergi ke masjid, seorang teman Nek Wan datang ke rumah. Dia membawa sekaleng beras dari kampung.
“Baru siap panen padi. Sekadar mencicipi hasil panen kami,” begitu kata teman Nek Wan.

Ini yang dimaksud, Allah menjamin rezeki orang yang membayar zakat Nak. Sejak saat itu, Abi meyakini bahwa zakat bukan mengurangi harta. Malah menambah harta. Allah menjaminnya. Memberikan tambahan harta untuk kita dengan berbagai cara.

Dalam Quran, surat At Taubah ayat 60 disebutkan zakat diberikan untuk delapan golongan. Arti ayat itu "Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan, untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Nak, dari ayat itu, Abi menyimpulkan bahwa harta kita juga harta mereka. Mereka masyarakat yang membutuhkan. Allah menitipkan harta itu pada kita dan didalamnya ada harta orang lain, dalam bentuk zakat yang kita keluarkan. Allah memberikan harta melimpah agar kita saling berbagi. Mengeluarkan hak-hak orang lain dari apa yang kita peroleh. Sungguh menolong sesama itu sangat menyenangkan Nak.

Nak, menurut istilah fikih, zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kekayaan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam syarat.

Jangan pula lalu angkuh dan jumawa Nak. Zakat itu merupakan kewajiban bagi kita, sesuai syarat dan ketentuan yang telah digariskan. Allah tegas memerintahkan kita mengeluarkan zakat.

Ini untuk membersihkan harta kita dan menyucikannya. Jika manusia membayar zakat khusus karena Allah bukan karena berharap puja-puji dari manusia, maka Allah akan menyucikan harta dan jiwanya. Bacalah arti Surat At-Taubah Ayat 103 ini yaitu "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Makna lain berzakat yaitu untuk mendapat berkah dan harta yang berkembang. Nak, kelak, ketika sudah bisa bekerja dan menghasilkan harta, maka berzakatlah. Mengeluarkan zakat harta sama dengan menjaga keberkahan harta itu sendiri. Karena, makna zakat pertama yaitu mensucikan dan membersihkan harta. Jika harta sudah suci dan bersih, maka harta itu akan berkah. Pada akhirnya bisa berkembang dan terus bertambah.

Sampai hari ini, Abi seringkali melakukan survei kecil-kecilan pada teman-teman yang bekerja di lembaga pengelola zakat, semisal baitul mal. Belum ada seorang pun dalam sejarahnya ketika dia mengeluarkan zakat lalu terdengar kabar dia bangkrut. Yang terdengar selama ini adalah dari tahun ke tahun, nilai zakat yang dikeluarkannya semakin bertambah. Bertambah ini disebabkan dua hal karena jumlah keluarganya semakin ramai untuk zakat fitrah dan karena hartanya bertambah banyak untuk zakat mal.

Namun, jangan pula jumawa Nak. Seluruh ibadahmu itu harus ikhlas. Keluar dari relung hati terdalam dan semata-mata karena Allah. Bukan karena faktor lainnya semisal ingin disebut dermawan. Atas izin Allah, sejauh ini belum pernah satu pun Abi menemukan orang yang bangkrut karena membayar zakat. Sebaliknya, jika dia pengusaha, usahanya berkembang pesat, membuka cabang di beberapa kota dan lain sebagainya.

Percayalah Nak, janji Allah itu pasti. Allah menjanjikan kebajikan untuk orang-orang baik. Menjanjikan keberkahan dan berkembangnya harta untuk mereka yang mengeluarkan zakat. Bahkan melipatgandakan harta kita.

Selain itu zakat juga bisa melindungi harta kita. Membuat harta kita terjamin beres dan bebas masalah semisal dari kasus pencurian, perampokan, hilang atau dirampok. Mengenai ini, Abi punya cerita Nak. Seorang teman, Abi kenal baik dengan teman ini. Diberikan titipan rezeki melimpah oleh Allah SWT. Memiliki toko emas, apotik, dan puluhan hektare kebun.

Satu hari, sambil bercanda Abi bertanya apakah dia sudah mengeluarkan zakat hartanya. Jumlahnya 2,5 persen dari total hartanya. Semisal, jika ada gaji tiga juta rupiah, maka dikurang 2,5 persen.

Dia menyatakan paling enggan membayar zakat. Alasannya banyak, alasan paling pamungkas karena meragukan kredibelitas pengelola zakat. Abi mengingatkan teman ini untuk membayar zakatnya. Caranya bisa melalui lembaga pengelola zakat milik pemerintah atau swasta, atau lembaga tingkat desa. Boleh juga memberikan langsung pada para penerima zakat. Namun, lebih baik pada lembaga pengelola zakat, agar diberikan lebih merata dan tidak tumpang tindih. Dia hanya terdiam. Senyum cengegesan.

Diskusi itu berlangsung sore hari Nak. Saat langit mulai memerah dan azan magrib terdengar dari masjid. Usai salat magrib, Abi pulang ke rumah. Sekitar enam jam kemudian, lewat tengah malam, Abi dibangunkan suara handphone yang menjerit sekuat-kuatnya. Teman Abi itu menelepon dan mengabarkan bahwa toko emas miliknya dibobol pencuri. Sekitar dua kilo gram emas berupa gelang, kalung dan cincin hilang.

Malam itu juga Abi menemani dia melapor ke polisi. Puluhan polisi berdatangan untuk melakukan olah tempat kejadian perkara. Setelah membuat laporan resmi ke polisi, mengusir kantuk sembari menunggu subuh, teman ini berkata “Mungkin karena aku tidak bayar zakat selama ini ya? Sehingga Allah memberikan cobaan yang begini berat?”

Abi tersenyum. Teringat pembicaraan kami sore tadi. Abi hanya memintanya agar tabah dan menjadikan cobaan itu sebagai pelajaran hidup. Bahwa, di harta kita, ada juga harta mereka. Mereka sesama umat manusia. Maka, keluarkanlah hak mereka dalam bentuk zakat. Allah sudah mewajibkan itu pada kita. Janganlah coba-coba mengingkari dan mencari pembenaran lain untuk tidak melakukan perintahNya. Percalah Nak. Allah mencatat perbuatan baik dan buruk. Memberi cobaan untuk mengingkat kita, agar kembali ke jalan sesuai perintahNya.

 
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | By Safrizal
Copyright © 2012. :: cerita tentang aceh:: - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger