Waktu itu, muncul pertanyaan bodoh dari
Abi. Pertanyaan yang bagi Abi kala berusia tujuh tahun sudah paling top dan
keren, bukankah membayar zakat itu akan mengurangi harta kita?.
Saat itu Nek Wan menjawab sangat sederhana.
Siapa bilang harta kita berkurang. Setelah membawa beras untuk menyerahkan
zakat fitrah tadi, beras kita tersisa 12 muk lagi. Sekarang kita pulang, mari
lihat berapa muk lagi beras di kaleng kita?
Setiba di rumah, Abi langsung berlari ke
dapur. Membuka kaleng tempat penyimpanan beras. Sungguh azaib, kaleng itu penuh
terisi beras. Padahal, ketika kami pergi ke masjid, hanya sejengkal kaleng itu
yang terisi beras. Selidik punya selidik, ketika kami pergi ke masjid, seorang
teman Nek Wan datang ke rumah. Dia membawa sekaleng beras dari kampung.
“Baru siap panen padi. Sekadar
mencicipi hasil panen kami,” begitu kata teman Nek Wan.
Ini yang dimaksud, Allah menjamin rezeki
orang yang membayar zakat Nak. Sejak saat itu, Abi meyakini bahwa zakat bukan
mengurangi harta. Malah menambah harta. Allah menjaminnya. Memberikan tambahan
harta untuk kita dengan berbagai cara.
Dalam Quran, surat At Taubah ayat 60
disebutkan zakat diberikan untuk delapan golongan. Arti ayat itu "Sesungguhnya
zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk budak,
orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan, untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Nak, dari ayat itu, Abi menyimpulkan
bahwa harta kita juga harta mereka. Mereka masyarakat yang membutuhkan. Allah
menitipkan harta itu pada kita dan didalamnya ada harta orang lain, dalam
bentuk zakat yang kita keluarkan. Allah memberikan harta melimpah agar kita
saling berbagi. Mengeluarkan hak-hak orang lain dari apa yang kita peroleh.
Sungguh menolong sesama itu sangat menyenangkan Nak.
Nak, menurut istilah fikih, zakat
berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kekayaan orang-orang kaya untuk
disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan aturan-aturan yang
telah ditentukan dalam syarat.
Jangan pula lalu angkuh dan jumawa Nak.
Zakat itu merupakan kewajiban bagi kita, sesuai syarat dan ketentuan yang telah
digariskan. Allah tegas memerintahkan kita mengeluarkan zakat.
Ini untuk membersihkan harta kita dan
menyucikannya. Jika manusia membayar zakat khusus karena Allah bukan karena
berharap puja-puji dari manusia, maka Allah akan menyucikan harta dan jiwanya.
Bacalah arti Surat At-Taubah Ayat 103 ini yaitu "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."
Makna lain berzakat yaitu untuk mendapat
berkah dan harta yang berkembang. Nak, kelak, ketika sudah bisa bekerja dan
menghasilkan harta, maka berzakatlah. Mengeluarkan zakat harta sama dengan
menjaga keberkahan harta itu sendiri. Karena, makna zakat pertama yaitu
mensucikan dan membersihkan harta. Jika harta sudah suci dan bersih, maka harta
itu akan berkah. Pada akhirnya bisa berkembang dan terus bertambah.
Sampai hari ini, Abi seringkali
melakukan survei kecil-kecilan pada teman-teman yang bekerja di lembaga
pengelola zakat, semisal baitul mal. Belum ada seorang pun dalam sejarahnya
ketika dia mengeluarkan zakat lalu terdengar kabar dia bangkrut. Yang terdengar
selama ini adalah dari tahun ke tahun, nilai zakat yang dikeluarkannya semakin
bertambah. Bertambah ini disebabkan dua hal karena jumlah keluarganya semakin
ramai untuk zakat fitrah dan karena hartanya bertambah banyak untuk zakat mal.
Namun, jangan pula jumawa Nak. Seluruh
ibadahmu itu harus ikhlas. Keluar dari relung hati terdalam dan semata-mata
karena Allah. Bukan karena faktor lainnya semisal ingin disebut dermawan. Atas
izin Allah, sejauh ini belum pernah satu pun Abi menemukan orang yang bangkrut
karena membayar zakat. Sebaliknya, jika dia pengusaha, usahanya berkembang
pesat, membuka cabang di beberapa kota dan lain sebagainya.
Percayalah Nak, janji Allah itu pasti.
Allah menjanjikan kebajikan untuk orang-orang baik. Menjanjikan keberkahan dan
berkembangnya harta untuk mereka yang mengeluarkan zakat. Bahkan
melipatgandakan harta kita.
Selain itu zakat juga bisa melindungi
harta kita. Membuat harta kita terjamin beres dan bebas masalah semisal dari
kasus pencurian, perampokan, hilang atau dirampok. Mengenai ini, Abi punya
cerita Nak. Seorang teman, Abi kenal baik dengan teman ini. Diberikan titipan
rezeki melimpah oleh Allah SWT. Memiliki toko emas, apotik, dan puluhan hektare
kebun.
Satu hari, sambil bercanda Abi bertanya
apakah dia sudah mengeluarkan zakat hartanya. Jumlahnya 2,5 persen dari total
hartanya. Semisal, jika ada gaji tiga juta rupiah, maka dikurang 2,5 persen.
Dia menyatakan paling enggan membayar
zakat. Alasannya banyak, alasan paling pamungkas karena meragukan kredibelitas
pengelola zakat. Abi mengingatkan teman ini untuk membayar zakatnya. Caranya
bisa melalui lembaga pengelola zakat milik pemerintah atau swasta, atau lembaga
tingkat desa. Boleh juga memberikan langsung pada para penerima zakat. Namun,
lebih baik pada lembaga pengelola zakat, agar diberikan lebih merata dan tidak
tumpang tindih. Dia hanya terdiam. Senyum cengegesan.
Diskusi itu berlangsung sore hari Nak.
Saat langit mulai memerah dan azan magrib terdengar dari masjid. Usai salat
magrib, Abi pulang ke rumah. Sekitar enam jam kemudian, lewat tengah malam, Abi
dibangunkan suara handphone yang menjerit sekuat-kuatnya. Teman Abi itu
menelepon dan mengabarkan bahwa toko emas miliknya dibobol pencuri. Sekitar dua
kilo gram emas berupa gelang, kalung dan cincin hilang.
Malam itu juga Abi menemani dia melapor
ke polisi. Puluhan polisi berdatangan untuk melakukan olah tempat kejadian
perkara. Setelah membuat laporan resmi ke polisi, mengusir kantuk sembari
menunggu subuh, teman ini berkata “Mungkin karena aku tidak bayar zakat selama
ini ya? Sehingga Allah memberikan cobaan yang begini berat?”
Abi tersenyum. Teringat pembicaraan kami
sore tadi. Abi hanya memintanya agar tabah dan menjadikan cobaan itu sebagai
pelajaran hidup. Bahwa, di harta kita, ada juga harta mereka. Mereka sesama
umat manusia. Maka, keluarkanlah hak mereka dalam bentuk zakat. Allah sudah
mewajibkan itu pada kita. Janganlah coba-coba mengingkari dan mencari
pembenaran lain untuk tidak melakukan perintahNya. Percalah Nak. Allah mencatat
perbuatan baik dan buruk. Memberi cobaan untuk mengingkat kita, agar kembali ke
jalan sesuai perintahNya.
Post a Comment