Sebaliknya, kami dan teman-teman lainnya memilih jalur
kuliah. Meski pedih menamatkan pendidikan tinggi dengan modal sendiri, sedikit
bantuan orang tua, kami jalani dengan ikhlas. Hasilnya, semua teman-teman kini
memiliki gelar sarjana strata satu. Sebagian bekerja di perusahaan swasta dan
sebagian lagi menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Bagi Abi, apa pun pekerjaannya, semuanya bagus. Sama bagusnya
di mata Allah. Tuhan tak membedakan banker dengan wartawan. Tak membuat kelas
antara pegawai negeri dan swasta. Semuanya sama. Niat dan amal ibadahnya saja
yang membedakan.
Namun, janganlah menjadi orang lemah dan pembosan Nak.
Seorang teman Abi, bercerita dia menjabat kepala unit di sebuah perusahaan
perbankan. Kantornya jauh dari tempat tinggalnya. Sekitar dua jam perjalanan. Menurutnya,
gajinya tak sebanding dengan letihnya. Padahal, dia mendapat tunjangan berbagai
jenis. Jika diukur dengan kebutuhan hidupnya, dia malah bisa menabung setiap
bulannya.
Itu namanya tak menikmati pekerjaan Nak. Menggerutu itu
tak bermakna, tak mengubah apa-apa. Yang penting dilakukan adalah, menikmati
apa yang kita jalani. Sehingga, seberat apa pun pekerjaan itu terasa ringan dan
mudah. Selanjutnya, seriuslah bekerja. Jangan separuh-separuh. Serba ala kadar.
Maka, hasilnya juga akan alakadar. Lebih bahaya lagi, jiwamu akan sengsara di
pekerjaan itu. Maka, tenunlah ketekunan dalam bekerja. Bekerjalah dengan cinta.
Niscaya, kau akan menikmati hidup yang sesungguhnya Nak. Jauh dari kata jenuh, jauh
dari kata mengeluh.
Allah memerintahkan manusia bekerja dalam beberapa
surah. Bacalah surah Al Baqarah ayat 30 yang artinya Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.”
Nak, wujud kekhalifahanmu di
dunia ini diukur dari kerja-kerjamu. Seberapa baik dan taat kau melakoni
pekerjaanmu yang shalil. Soal ini,tak ada perbedan laki-laki dan perempuan. Semua
manusia dalam kehidupan melakukan amal shalih, dijanjikan Allah kehidupan yang
lebih baik. Itu pula yang harus kita praktikkan dalam pekerjaan.
Dalam surah lain at-Taubah, ayat 105, artinya: Dan Katakanlah:
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.
Nak,
ketika bekerja, janganlah menyakiti sesama hanya demi untuk sebuah promosi
jabatan. Jangan rakus akan posisi di kantormu. Jika kau bekerja baik, atasanmu
akan memberikan yang terbaik. Jika pun dia abai melihat prestasi kerjamu,
ingat, Allah tak pernah tidur. Allah akan mengingatkan atasanmu untuk
memperhatikanmu.
Kelak,
ketika kau dewasa, satu hari kau akan menemui orang-orang yang haus jabatan. Suka
memfitnahmu dan sebagainya. Tidak usah menghabiskan energimu untuk menyiapkan
fitnah tandingan. Pasrahkan saja pada sang pencipta. Percayalah, orang yang memfitnah
orang lain, nasibnya jauh lebih buruk dibanding nasibmu kelak.
Jalani
pekerjaanmu seperti air mengalir Nak. Mengikuti arus dari hulu sampai ke hilir.
Dinamika kantor akan terjadi kapan saja. Bisa jadi, kau akan menjadi korban
dinamika kantor yang berbau fitnah. Ingat, Allah menguji orang-orang tangguh
yang akan diangkat derajatnya. Tak perlu menggerutu ketika diuji oleh sang
pencipta.
Allah
bahkan menghargai letihmu itu Nak. Lihatlah hadis yang ditulis oleh Imam Ahmad yang
berbunyi: “Barangsiapa merasa letih di malam hari karena bekerja, maka di
malam itu ia diampuni”. Kemudian dalam hadits riwayat Imam Baehaqi,
disebutkan, “Sesungguhnya Allah menyukai (senang) jika salah seorang
diantara kamu mengerjakan suatu pekerjaan dilakukan dengan
profesional/sempurna”.
Maka,
lengkap sudah rujukanmu untuk bekerja sebaik mungkin. Bersikap profesional
bukan amatir yang ingin dipuja-puji karena sedikit prestasi. Profesional tak
pernah mengharapkan pujian. Namun, semata-mata berbuat atas nama pengabdian
pada sang pemberi hidup.
Post a Comment