Putri Novianda Sari [Utie] |
‘Kita kan baik-baik saja. Jalan
kita berbeda. Kita kan menjalani hidup ini lebih baik,”
Utie
KALIMAT itu yang kau ucapkan pada
kunjungan terakhirku ke rumahmu, lima tahun lalu. Kalimat ini mengakhiri
perjalanan kita sebagai orang yang berniat menempuh hidup baru. Membina rumah
tangga dan lain sebagainya. Banyak hal yang telah dilewati. Waktu itu,
perjalanan Banda Aceh menuju Medan, dua kali dalam sepekan seakan tak berjarak.
Seakan dekat.
Kita dipertemukan oleh Ayie
(Mentari Dhuha). Di satu massa. Aku ingat betul, waktu itu liburanmu akhir
semester. Satu malam, menghabiskan minuman ringan dan cemilan di Jasbret. Di
sini, awal kisah bermula. Lalu, perjalanan waktu menghantarkan kita semakin dekat.
Namun, takdir tak bisa dipungkiri. Jalan kita berbeda.
Berpisah dengan damai adalah
pilihan yang bijak. Cukup dewasan untuk mengorbankan diri, hati dan pikiran
kita. Setelah itu, kita menempuh hidup masing-masing. Meski sering berkomunikasi,
namun rasanya sedikit berbeda.
Inilah jalan kita yang baru. Ketika
putraku lahir, engkau datang. Menyaksikan tangan mungil Arza yang saat itu baru
berusia hitungan hari. Kini, dia sudah mendekati tiga tahun Tie. Arza sekarang
sudah besar.
Tadi pagi, ketika Arza
membangunkanku, aku dikejutkan dengan kabar itu. Engkau telah pergi untuk
selamanya. Padahal, seminggu lalu, aku mengucapkan selamat untuk kelahiran buah
cintamu. Tie, banyak kisah yang telah tertulis dalam buku hidup kita
masing-masing.
Maafkanlah segala kesalahanku
selama ini. Engkau kan baik-baik saja di alam sana. Tie, aku tahu engkau orang
baik. Mengorbankan banyak hal untuk kepentingan lebih besar. Engkau salah satu
orang baik yang pernah kukenal. Selamat jalan Tie. Kami sangat sangat
kehilangan.
Post a Comment